I'LL Teach You Marianne

"Aku istrimu"



"Aku istrimu"

0Kedua mata Alice berbinar-binar mendengar perkataan Erick, ia tak menyangka berteman dengan Anne akan memberikan keuntungan yang banyak untuk dirinya.      
0

"Kenapa aku tak bisa berpikir sejauh ini." Alice bicara pada sendiri sesaat setelah Erick selesai bicara.     

Erick mendengus kesal. "Ini karena otakmu isinya hanya rencana-rencana kencan yang tak pernah berhasil itu, makanya kau jadi sebodoh ini. Tak tahu kalau kau punya kunci emas yang bisa menyelematkanmu."     

"Siapa yang hanya memikirkan kencan? Jangan asal bicara Erick,"sengit Alice kesal.     

"Ya ya ya, ya sudah ayo kembali kerja. Jangan sampai Tuan melihat kita sedang bersantai seperti ini, kau tak tahu kan bagaimana bahayanya seorang pria yang meredam rindu?"ucap Erick pelan seraya melangkahkan kakinya menuju ruangannya meninggalkan Alice.      

Alice yang lagi-lagi tak mengerti dengan maksud perkataan Erick pun memutuskan membuat segelas teh hangat untuk menghangatkan tubuhnya, senyumnya masih mengembang mengingat semua perkataan Erick sebelumnya. Ia kini punya tameng ampuh yang dapat ia gunakan untuk melawan Jack.      

Sementara itu diruang kerjanya Jack masih kesal, puluhan pesan yang ia kirim untuk Anne tak ada yang dibalas satupun. Begitu juga dengan panggilannya, Anne tak mengangkat satupun panggilan darinya. Meskipun Anne sudah pernah berpesan pada Jack untuk tak menghubunginya di jam kerja namun Jack tak perduli, rasa rindunya yang besar pada Anne membuatnya gila. Dua hari tak bertatap muka membuat Jack kacau.     

"Singa brengsek, beraninya dia menjebak Anne bekerja di kantornya. Lihat saja kalau kita bertemu nanti, akan kubuat kau jadi singa tanpa taring Leon." Jack mengumpat, mengutuk Leon penuh dendam. Kebenciannya pada Leon sudah benar-benar sudah berada di puncak.      

Karena masih memiliki beberapa urusan penting yang harus ia urus secepatnya, Jack akhirnya mencoba mendamaikan diri agar konsentrasinya kembali lagi. Ia memilih untuk menyelesaikan semuanya dengan cepat supaya bisa bertemu Anne malam ini, tekadnya sudah bulat untuk bisa memeluk Anne malam ini.     

Sementara itu Anne yang sedang meeting bersama team Edward terlihat sangat serius mendengarkan satu persatu penjelasan dari Edward, beberapa kali ia terlihat menganggukkan kepalanya saat Edward bicara.      

"Ok, karena semua sudah saya jelaskan dan kita sepakati bersama jadi meeting ini saya sudahi. Saya harap kedepannya kita bisa membahas banyak hal lagi, untuk itu mari kita bekerja dengan lebih senang supaya animasi edukasi ini bisa segera dinikmati anak-anak di seluruh dunia dan menyebarkan kebaikan untuk mereka,"ucap Edward penuh wibawa saat menyudahi meetingnya.      

Suara tepuk tangan pun akhirnya terdengar setelah Edward selesai bicara, semua orang yang ada di tempat itu memberikan apresiasi yang tinggi pada Edward termasuk Anne yang sejak tadi fokus pada penjelasan Edward. Tak lama kemudian satu persatu staf pun meninggalkan ruang meeting.     

"Anne."     

"Ya, ada apa Edward?"jawab Anne pelan dengan memeluk laptopnya melihat ke arah Edward.      

Edward tersenyum melihat ke arah Anne yang berdiri di seberang meja. "Apa kau ada acara malam ini?"     

"Kalau dibilang punya acara atau tidak aku bingung, aku masih memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Aku harus mengoreksi semua gambar yang diberikan salah satu anak buahku dan kau tahu kan banyak divisi yang menunggu gambar itu, makanya aku tak bisa menjawabmu. Yang pasti hari ini aku akan lembur bersama lima orang lainnya yang tergabung dalam tim visual dan itu bisa disebut dengan acara atau tidak?"jawab Anne sambil tersenyum lebar, lesung pipinya terlihat jelas saat ia tersenyum seperti itu.      

Edward menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya meskipun terpaksa, ia harus menutupi rasa kecewanya secepatnya supaya Anne tak menyadari hal itu. Tak lama kemudian mereka pun pergi meninggalkan ruang meeting untuk melanjutkan pekerjaannya lagi, Leon yang sejak tadi sibuk meeting melalui video call dengan team legalnya juga masih berada di ruangannya. Semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ketika suasana kantor hening tiba-tiba lift berbunyi dan masuklah dua orang resepsionis yang berjaga di lobby membawa puluhan kotak pizza.      

Kehadiran dua resepsionis itu pun disambut dengan suara teriakan staf lainnya hingga terdengar di telinga Leon, karena penasaran ia pun keluar dari ruangannya mencari tahu apa yang terjadi.      

"Honey!! Ayo bergabung,"      

Steffi yang sedang berdiri di samping para karyawan yang mengerubungi pizza, langsung memanggil Leon yang berdiri didepan pintu ruangannya.      

Melihat kehadiran Steffi di kantornya lagi membuat Leon diam, wajahnya menunjukkan sekali ketidaksukaannya dengan apa yang Steffi lakukan. Namun karena saat ini banyak staf yang menikmati pizza yang dibawa oleh istrinya itu, Leon pun mau tak mau berusaha tenang agar para karyawan khususnya Anne tak melihat dirinya yang sebenarnya jika sedang marah.     

Tanpa rasa bersalah Steffi berjalan mendekati Leon yang masih mematung di depan ruangannya, tanpa canggung sedikitpun Steffi langsung bergelayut pada lengan kekar Leon.      

"Aku bersalah, maafkan aku. Aku janji tak akan mengulangi perbuatanku lagi, aku ingin menjadi istri yang baik untukmu sayang,"ucap Steffi pelan sambil menatap ke arah Leon dengan tatapan menggoda.      

Dulu setiap dirayu seperti itu oleh Steffi biasanya Leon akan luluh dan kembali baik pada istrinya itu. Akan tetapi sekarang Leon tak memiliki perasaan selemah itu, ia justru kesal melihat sang istri merayunya didepan umum seperti itu. Tanpa suara Leon langsung meraih tangan Steffi yang sedang meraba-raba dadanya. "Jaga sikapmu Steffi, saat ini kau sedang ada di kantorku. Banyak staf yang melihat, apa kau tak malu?"ucap Leon ketus.     

"Aku tak malu, lagipula aku tak melakukan suatu hal yang vulgar disini. Aku hanya datang kekantor suamiku dengan membawa pizza untuk semua karyawan mu dan…"     

Degg.     

Steffi langsung terdiam, suaranya tersedak dalam tenggorokan tak bisa keluar saat melihat sosok wanita yang sangat ia benci baru saja keluar dari pantry dengan membawa secangkir teh.      

"Marianne…"desis Steffi lirih, kedua matanya masih mengikuti tiap pergerakan Anne yang sedang berbicara dengan Edward di depan ruangannya.      

Dengan cepat Steffi melepaskan tangannya dari lengan Leon, ia lalu berjalan mendekati Anne dan Edward. Steffi terlihat sangat marah dan siap menerkam Anne, saat hampir sampai di tempat Anne berada tiba-tiba langkahnya terhenti saat Leon menangkap lengannya.      

"Ikut aku,"ucap Leon dingin.     

"Lepaskan aku Leon, aku ingin bicara dengan wanita murahan itu. Aku ingin memberikan pelajaran pada wanita penggoda yang tak tahu malu itu, aku harus…"     

Mendengar Steffi menyebut Anne dengan sebutan wanita penggoda membuat Leon meradang, tanpa bicara ia pun mengeratkan cengkraman tangannya pada lengan Steffi dan menariknya dengan kuat menuju ruangannya. Beruntung saat Steffi memaki Anne tak ada orang yang mendengar, pasalnya semua orang sedang sibuk di tempat lain menikmati pizza. Anne sendiri yang sedang bicara serius dengan Edward juga tak mendengar perkataan Steffi.      

Steffi yang ditarik paksa oleh Leon menjauh dari Anne berusaha keluar lagi untuk menghampiri Anne, namun Leon yang sudah berdiri di depan pintu menghadang langkah Steffi dan mendorong istrinya itu kembali ke sofa.      

"Awas Leon, aku harus memberikan pelajaran pada perempuan tak tahu malu itu. Aku harus menunjukkan padanya siapa nyonya Ganke yang sebenarnya supaya ia tak…"     

Plakk     

Suara tamparan terdengar cukup keras saat Leon melayangkan tangannya ke pipi Steffi.      

"Jaga ucapanmu Steffi, dia adalah karyawanku. Kau tak bisa menghina orang yang bekerja padaku, karena jika kau menghinanya seperti itu artinya kau juga menghinaku,"hardik Leon dengan suara keras penuh emosi, beruntung ruangan Leon adalah sebuah ruangan kedap suara. Sehingga suaranya yang keras itu tak terdengar oleh para staf yang masih bersuka cita menikmati pizza yang dibawa oleh sang nyonya Ganke yang.      

"Aku istrimu Leon, aku nyonya Ganke yang sah. Kenapa kau sejahat ini padaku? Kenapa kau membela wanita penggoda itu? Kenapa kau seperti ini padaku Leon huhuhu..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.